Pesantren
mahasiswa dan pesatren calon sarjana tentu sudah tidak asing lagi bagi kalangan
mahasiswa UNISBA (Universitas Islam Bandung) karena itu ada dalam matakuliah
PAI 2 bagi seluruh Fakultas di Unisba dan merupakan kewajiban yang harus
ditempuh mahasiswa sebagai kelanjutan dari mentoring dan pesantren tersebut
sebagai syarat agar mahasiwa nantinya bisa mengikuti sidang skripsi, sidang
BTAQ (Baca Tulis Qur’an) dan sidang-sidang lainnya, pesantren tersebut sebagai
ciri khas dari UNISBA sebagai perguruan tinggi yang bernafaskan islami dan
sudah dilaksanakan sejak jaman dahulu unisba berdiri selain ciri khas yang
lainnya adalah matakuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada dari semester 1 sampai dengan semester
7 disemua Fakultas yang ada di UNISBA.
Termasuk
saya yang sudah mengikuti Pesantren Mahasiswa pada tahun 2013 dua tahun silam. Sebelumnya
saya mengikuti mentoring selama 8x pertemuan lalu saya mengikuti ujian
mentoring dan allhamdulillah saya pun lulus ujian mentoring dengan nilai “B”
dan berhak melanjutkan studi keagamaan saya dengan mengikuti Pesantren
mahasiswa, saya mengikuti pesantren mahasiswa itu tepat pada waktunya yaitu
pada semester 2, ketika saya melihat daftar peserta pesantren mahasiswa
gelombang 5 disitu sama sekali tidak ada nama peserta yang berasal dari
Fakultas Ilmu Komunikasi (disiplin ilmu yang saya tempuh) terutama kaum
laki-lakinya, saya sempat merasa malas mengikuti pesantren karena takut disana
tidak memiliki teman karena tidak ada rekan se-fakultas, akan tetapi saya
berpikir kembali bahwa saya harusnya bersyukur sudah mendapatkan jatah untuk
mengikuti pesantren ini dibandingkan teman-teman saya yang harus mengulang
mentoring dan melaksanakan pesantren tahun depan.
Waktu
itu hari senin pagi hari sekali kira-kira pukul 05.30wib saya pergi ke tempat
diadakannya pesantren yaitu di kampus UNISBA 2 yang terletak di
ciburial-bandung dengan diantarkan saudara saya menggunakan motor, karena
persyaratan pesantren itu sendiri, mahasiswa tidak diperbolehkan membawa
kendaraan sendiri untuk menghindari perbuatan yang tidak diinginkan. Setelah sampai
disanapun saya seperti orang yang kebingungan karena benar-benar sendirian
tidak ada teman dekat, saya melihat mahasiwa yang lain bisa menjalankan
pesantren bersama rekan sefakultasnya atau bahkan dengan para sahabatnya.
Akan
tetapi ada salah satu mahasiswa yang datang menghapiri saya lalu mengajak saya
ngobrol dan mengajak saya kenalan, karena ternyata diapun sendirian karena
teman-teman yang lainnya belum datang. Namanya adalah Hasnan dari Fakultas
Syariah seangkatan dengan saya (2012). Kami pun mengobrol banyak tentang bidang
studi masing-masing yang ditempuh, tentang Unisba, tentang pesantren ini dan
masih banyak lagi yang kita bicarakan, dan ternyata saya dan hasnan itu satu
kamar waktu pesantren lalu. Lalu hasnan pun tidak ragu mengenalkan saya dengan
para teman kelasnya yang waktu itu mengikuti pesantren bareng, saya pun tidak
merasa khawatir lagi akan merasa kesepian dipesantren karena mereka (Hasnan&teman-temannya)
sangat welcom sekali terhadap orang baru mereka kenal seperti saya ini, lalu
mereka sangat asik sekali diajak berbicara masalah apapun termasuk membicarakan
soal agama islam. Memang dua hari pertama saya merasa tidak betah karena saya
tidak dengan rasa ikhlas dalam menjalankan pesantren ini, saya hanya mengeluh
dan ingin segera pulang saja. Akan tetapi teman-teman saya yang lain begitu
semangatnya mengikuti pesantren ini mereka terlihat sangat nyaman dan khusyu
sekali dikala sedang beribadah, lalu melihat begitu saya pun berusaha
beradaptasi agar ikhlas dalam menjalankan pesantren ini, ternyata benar saja
begitu luar biasa sekali pesantren mahasiswa itu, karena dari mulai sepertiga
malam kita sudah diajak untuk beribadah shalat tahajud, tausiyah dan tadarus al
qur’an, padahal biasanya saya sedang tertidur pulas dirumah, lalu shalat subuh,
lalu dipagi harinya berolahraga bersama, lalu masuk ke kelas masing-masing
untuk mendapatkan materi keagamaan dari para dosen, siang hari hingga sore hari
kita belajar bagaimana belajar al-qur’an yang baik dan benar sesuai tajwidnya
dan mengkajinya. Sunggu luar biasa pengalaman yang saya bisa dapatkan ini, dari
mulai saya bangun tidur hingga tidur kembali dimalam hari dipenuhi dengan
keislaman disetiap jamnya, diajarkan bagaimana bisa makan bersama semua
mahasiwa yang mengikuti pesantren dan antri saat sedang mengambil makanan, yang
biasanya apabila saya ingin makan itu sudah ada tidak perlu antri.
Tujuh
hari kira-kira saya mengikuti kegiatan pesantren mahasiwa tersebut dan pada
saat hari ujian tiba saya seperti diberi keajaiban karena dengan mudahnya
mengisi soal-soal ujian, meskipun pada malam harinya memang saya dan
teman-teman sekamar itu belajar bareng terlebih dahulu, saling bertanya dan
saling membantu. Hingga sayapun mendapatkan nilai yang memuaskan dan dinyatakan
“Lulus” pesantren mahasiswa, akan tetapi itu tidak terlalu penting, yang
penting justru pengalaman yang berharga yang saya dapatkan ketika sedang
menjalankan kegiatan pesantren mahasiwa.
Maknanya:
Saya
jangan takut bila mencoba melakukan hal baru, apalagi jika itu demi kebaikan
saya dan bila ada didalam jalan Allah Swt. Melakukan segala sesuatu hal itu
haru dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun atau
mengharapkan mendapatkan apapun, kecuali untuk mendapatkan ridho dari Allah
Swt. Karena segala sesuatu yang dijalankan secara tidak ikhlas itu hanya akan
menyiksa diri kita saja dan tidak ada nilainya sama sekali dimata Allah Swt.
Percayalah dibalik segala kekurangan kita ini,
ada orang lain diluar sana yang ingin
berteman atau menjadi teman kita. Kita tidak boleh mengabaikannya, dan
kita pun jangan memilih-milih teman, bergaulah dengan siapapun, ambil perilaku
baik dari teman kita dan saling mengingatkan lah disaat kita atau teman kita
bersikap salah atau berda dalah jalan yang salah.