Minggu, 05 April 2015

"Di Pesantrenlah Saya Belajar IKHLAS"

        Pesantren mahasiswa dan pesatren calon sarjana tentu sudah tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa UNISBA (Universitas Islam Bandung) karena itu ada dalam matakuliah PAI 2 bagi seluruh Fakultas di Unisba dan merupakan kewajiban yang harus ditempuh mahasiswa sebagai kelanjutan dari mentoring dan pesantren tersebut sebagai syarat agar mahasiwa nantinya bisa mengikuti sidang skripsi, sidang BTAQ (Baca Tulis Qur’an) dan sidang-sidang lainnya, pesantren tersebut sebagai ciri khas dari UNISBA sebagai perguruan tinggi yang bernafaskan islami dan sudah dilaksanakan sejak jaman dahulu unisba berdiri selain ciri khas yang lainnya adalah matakuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)  yang ada dari semester 1 sampai dengan semester 7 disemua Fakultas yang ada di UNISBA.
        Termasuk saya yang sudah mengikuti Pesantren Mahasiswa pada tahun 2013 dua tahun silam. Sebelumnya saya mengikuti mentoring selama 8x pertemuan lalu saya mengikuti ujian mentoring dan allhamdulillah saya pun lulus ujian mentoring dengan nilai “B” dan berhak melanjutkan studi keagamaan saya dengan mengikuti Pesantren mahasiswa, saya mengikuti pesantren mahasiswa itu tepat pada waktunya yaitu pada semester 2, ketika saya melihat daftar peserta pesantren mahasiswa gelombang 5 disitu sama sekali tidak ada nama peserta yang berasal dari Fakultas Ilmu Komunikasi (disiplin ilmu yang saya tempuh) terutama kaum laki-lakinya, saya sempat merasa malas mengikuti pesantren karena takut disana tidak memiliki teman karena tidak ada rekan se-fakultas, akan tetapi saya berpikir kembali bahwa saya harusnya bersyukur sudah mendapatkan jatah untuk mengikuti pesantren ini dibandingkan teman-teman saya yang harus mengulang mentoring dan melaksanakan pesantren tahun depan.
        Waktu itu hari senin pagi hari sekali kira-kira pukul 05.30wib saya pergi ke tempat diadakannya pesantren yaitu di kampus UNISBA 2 yang terletak di ciburial-bandung dengan diantarkan saudara saya menggunakan motor, karena persyaratan pesantren itu sendiri, mahasiswa tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri untuk menghindari perbuatan yang tidak diinginkan. Setelah sampai disanapun saya seperti orang yang kebingungan karena benar-benar sendirian tidak ada teman dekat, saya melihat mahasiwa yang lain bisa menjalankan pesantren bersama rekan sefakultasnya atau bahkan dengan para sahabatnya.
        Akan tetapi ada salah satu mahasiswa yang datang menghapiri saya lalu mengajak saya ngobrol dan mengajak saya kenalan, karena ternyata diapun sendirian karena teman-teman yang lainnya belum datang. Namanya adalah Hasnan dari Fakultas Syariah seangkatan dengan saya (2012). Kami pun mengobrol banyak tentang bidang studi masing-masing yang ditempuh, tentang Unisba, tentang pesantren ini dan masih banyak lagi yang kita bicarakan, dan ternyata saya dan hasnan itu satu kamar waktu pesantren lalu. Lalu hasnan pun tidak ragu mengenalkan saya dengan para teman kelasnya yang waktu itu mengikuti pesantren bareng, saya pun tidak merasa khawatir lagi akan merasa kesepian dipesantren karena mereka (Hasnan&teman-temannya) sangat welcom sekali terhadap orang baru mereka kenal seperti saya ini, lalu mereka sangat asik sekali diajak berbicara masalah apapun termasuk membicarakan soal agama islam. Memang dua hari pertama saya merasa tidak betah karena saya tidak dengan rasa ikhlas dalam menjalankan pesantren ini, saya hanya mengeluh dan ingin segera pulang saja. Akan tetapi teman-teman saya yang lain begitu semangatnya mengikuti pesantren ini mereka terlihat sangat nyaman dan khusyu sekali dikala sedang beribadah, lalu melihat begitu saya pun berusaha beradaptasi agar ikhlas dalam menjalankan pesantren ini, ternyata benar saja begitu luar biasa sekali pesantren mahasiswa itu, karena dari mulai sepertiga malam kita sudah diajak untuk beribadah shalat tahajud, tausiyah dan tadarus al qur’an, padahal biasanya saya sedang tertidur pulas dirumah, lalu shalat subuh, lalu dipagi harinya berolahraga bersama, lalu masuk ke kelas masing-masing untuk mendapatkan materi keagamaan dari para dosen, siang hari hingga sore hari kita belajar bagaimana belajar al-qur’an yang baik dan benar sesuai tajwidnya dan mengkajinya. Sunggu luar biasa pengalaman yang saya bisa dapatkan ini, dari mulai saya bangun tidur hingga tidur kembali dimalam hari dipenuhi dengan keislaman disetiap jamnya, diajarkan bagaimana bisa makan bersama semua mahasiwa yang mengikuti pesantren dan antri saat sedang mengambil makanan, yang biasanya apabila saya ingin makan itu sudah ada tidak perlu antri.
        Tujuh hari kira-kira saya mengikuti kegiatan pesantren mahasiwa tersebut dan pada saat hari ujian tiba saya seperti diberi keajaiban karena dengan mudahnya mengisi soal-soal ujian, meskipun pada malam harinya memang saya dan teman-teman sekamar itu belajar bareng terlebih dahulu, saling bertanya dan saling membantu. Hingga sayapun mendapatkan nilai yang memuaskan dan dinyatakan “Lulus” pesantren mahasiswa, akan tetapi itu tidak terlalu penting, yang penting justru pengalaman yang berharga yang saya dapatkan ketika sedang menjalankan kegiatan pesantren mahasiwa.



Maknanya:
       Saya jangan takut bila mencoba melakukan hal baru, apalagi jika itu demi kebaikan saya dan bila ada didalam jalan Allah Swt. Melakukan segala sesuatu hal itu haru dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun atau mengharapkan mendapatkan apapun, kecuali untuk mendapatkan ridho dari Allah Swt. Karena segala sesuatu yang dijalankan secara tidak ikhlas itu hanya akan menyiksa diri kita saja dan tidak ada nilainya sama sekali dimata Allah Swt.
       Percayalah dibalik segala kekurangan kita ini, ada orang lain diluar sana yang ingin  berteman atau menjadi teman kita. Kita tidak boleh mengabaikannya, dan kita pun jangan memilih-milih teman, bergaulah dengan siapapun, ambil perilaku baik dari teman kita dan saling mengingatkan lah disaat kita atau teman kita bersikap salah atau berda dalah jalan yang salah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar