Sabtu, 04 April 2015

"Aku & Persib"

      Nama lengkap saya YUSHA NURHADYAN lahir dikota Banjar (ciamis) 9 oktober 1994 dari dua bersaudara allhamdulilah saya bisa menjadi anak yang pertama dan saya seorang laki-laki tulen. Nama yang diberikan oleh kedua orangtua untuk saya mempunyai arti yaitu YUSHA/YUSA= YUceu (YUCEU YULIANTINI) itu merupakan nama ibu kandung saya, Asep (ASEP MERANSYAH NOOR)  itu merupakan nama ayah kandung saya jadi nama saya adalah gabungan dari nama kedua orangtua saya. Mungkin maksudnya adalah mereka menyatukan namanya di nama buah hatinya yang sangat mereka cintai dan NURHADYAN adalah diambil dari bahasa arab yang artinya “Cahaya Petunjuk Allah Swt” orangtua ingin saya menjadi anak yang soleh, cerdas, berani, berwibawa, bijaksana dan agamis.       
        Mengapa saya sangat cinta dengan PERSIB BANDUNG? Padahal saya bukan orang bandung asli saya lahir diBanjar akan tetapi saya dibesarkan di kota kembang ini dan saya merasa sudah sangat cinta dengan kota Bandung dari segi budaya, cuaca, agama dan Persib bukan hanya milik bandung tetapi juga milik jawabarat, indonesia bahkan mendunia.      
         Mencintai dan mendukung Persib Bandung adalah “HAK bukan KEWAJIBAN” artinya adalah Hak sesuatu yang boleh kita ambil dan dijalankan berarti siapapun yang cinta terhadap persib  mereka sudah mengambil Hak mereka masing-masing. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib kita laksanakan seperti kewajiban dalam agama adalah shalat dan kuliah kewajiban kita sebagai mahasiswa. Mendukung persib itu tidak boleh sama sekali ada paksaan kareana mendukung persib itu harus “Make Manah!” (Pakai Hati).      
        

        
        Saya pertama kali mengenal Persib Bandung itu sejak duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar mendengar cerita dari orang-orang sekitar saya seperti teman-teman disekolah dan para tetangga padahal disitu sama sekali saya belum mengerti tentang permainan sepakbola dan dikeluarga saya sama sekali tiadak ada yang menyukai sepakbola. Betapa bangga dan keluh kesahnya orang-orang disekitar saya itu saat bercerita tentang Persib Bandung baik saat tim kebanggaan jawabarat itu menang maupun sedang mederita kekalahan dan disitu saya mulai tertarik dengan yang namanya Persib Bandung.          
        Saya mulai meminta kepada kedua orang tua untuk dibelikan baju Persib dan ingin dimasukan kedalam Sekolah Sepak Bola karena ingin mengenal lebih jauh tentang dunia sepakbola. Pada saat itu saya di masukan ke SSB lokal yang ada didaerah rumah saya yaitu SSB PSKJ (Persatuan Sepakbola Karamat Junior ) sangat bahagia dan gembira selayaknya perasaan anak kecil pada umumnya yang saya rasakan pada waktu itu dan jika ada yang bertanya soal cita-cita kepada saya dengan bangganya saya menjawab ingin menjadi pemain sepakbola Persib Bandung.      
        Ketika beranjak besar kira-kira pada waktu saya duduk dibangku kelas 6 SD (Sekolah Dasar) saya mulai meminta agar diizinkan menonton langsug Persib distadion akan tetapi Ayah saya menolak mentah-mentah dan tidak memberikian izin kepada saya, karena yang Ayah saya ketahui tentang persib adalah selalu rusuh dalam setiap pertandingan dan itu sangat berbahaya bagi saya, dan pada dasarnya ayah saya tidak mengerti dan tidak suka dengan olahraga sepakbola. Sampai kelas 2 smp pun saya tidak pernah merasakan bagaimana menonton persib di stadion, saya kadang selulu minder ketika teman-teman disekolah saya menceritakan bagaimana serunya menonton pertadingan persib distadion dan jika mendengar teman saya yang nonton persib ke stadion bersama kedua orangtuanya saya langsung merasa iri.  
        Lalu tibalah dimana saya diperbolehkan menonton langsung kestadion itu berkat “Aa andi” dia adalah saudara saya yang sudah dewasa yang berusaha meminta ijin baik-baik dan menjelaskan sedikit kepada ayah saya lalu hingga saya di ijinkan. Lalu saya pun menonton langsung ke stadion dengan ditemani “Aa andi” adalah pada tahun 2008 distadion siliwangi badung tapi sayangnya Persib dikalahkan Persija dengan skor 2-3, walaupun pertama kalinya saya menonton langsung ke stadion harus diwarnai dengan kekalahan persib akan tetapi menurut saya itu sangat berkesan karena pertama kalinya saya bisa hadir langsung ditengah-tengan ribuan bobotoh yang mendukung persib secara langsung. Disitu saya merasakan atmosfer yang sangat hebat berjoged dan bernyanyi bersama menyanyikan lagu atau yel-yel, kadang berteriak tujuannya adalah untuk menyemangati para pemain persib yang sedang bertanding. Pada saat pertandingan usai semua bobotoh merasa kecewa dan marah dengan kekalahan yang dialami persib apalagi harus kalah di kandang sendiri dan ditangan persija yang dikenal sebagai musuh bubuyutan sejak jaman dahulu, para oknum bobotoh sampai ada yang melempari kepolisian yang berjaga dilapangan dan menghancurkan pagar tribun hingga sampai ada yang melakukan aksi bakar-bakaran di tribun stadion. Pada saat itu suasana distadion sangat mencekam seusai pertandingan berlangusung, saya sangat merasa ketakutan karena pertama kalinya saya hadir distadion harus diwarnai oleh kericuhan. Akan tetapi saya tidak akan pernah kapok untuk untuk hadir kembali ke stadion mendukung secara langsung Maung Bandung yang sedang bertanding, karena saya yakin seiring berjalannya waktu para bobotoh akan lebih dewasa dalam hal berfikir dan bertindak demi kebaikan Persib Bandung itu sendiri. Terbukti hingga saat ini makin banyak saja para kaum wanita dan anak-anak yang hadir langsung menyaksikan pertandingan persib di stadion itu berarti bobotoh semakin tertib sehingga memberikan rasa aman kepada siapa saja yang ingin mendukung langsung tim Maung Bandung yang sedang bertanding secara bersama-sama.        Pada saat pulang kerumah ayah saya senang sekali karena saya bisa pulang dengan selamat akan tetapi beliau mengultimatum saya agar jangan menonton persib lagi, akan tetapi “Aa andi menjelaskan sedikit kedapa ayah saya bahwa kerusuhan yang terjadi berlangsung sebentar dan kami langsung buru-buru keluar stadion dan kerusuhan tersebut bukan terjadi di tribun tempat kami menonton lalu polisi pun dengan cepat mengatasi kerusuhan tersebut. Lalu saya berungkap bahwa ‘’kalo satu kali lagi saya menonton ke stadion dan suporternya rusuh lagi, maka ayah sayah boleh cabut ijin saya menonton selalma-lamanya”, lalu ayah saya meng iya-kannya. Disitu saya mulai fakum menonton persib karena saya akan menghadapi Ujian Nasional (UN) Smp, sayapun belajar dengan giat dan rajin dan allhamdulillah sayapun mendapatkan nilai UN Smp yang memuaskan yaitu 36,50. Hingga saya masuk SMA lalu kuliah saya selalu belajar dan mengerjakan tugas dengan rajin disamping menggemari persib, ayah saya pun melihat kegigihan saya dalam belajar, meskipun saya menggemari persib tapi pendidikan akedemis saya tidak terganggu sama sekali, lalu ayah sayapun selalu memberikan ijin saya dalam menonton persib hingga sampai saat ini dan saya berkata pada ayah saya “Persib Semangat Belajar Kami”. 
     Akan tetapi kegalauan terjadi kepada saya ketika november 2014 tahun lalu, seperti kita tahu bahwa persib masuk babak final ISL yang berlangsung distadion Jakabaring Palembang. Bobotoh yang dari bandung pun berbondong-bondong pergi menggunakan bus yang disediakan Viking untuk Tour tersebut, mereka pergi kamis sore karena final akan berlangsung jum’at malam esok harinya sedangkan saya sedangan menjalankan UTS (Ujian Tengah Semester) dikampus tempat saya menuntut ilmu lalu diperparah lagi dengan jadwal UTS hari Jum’at-Sabtu tersebut saya haru melalkuan UTS 6 matakuliah bebrarti apabila saya berangkat ke palembang saya haru mengulang atau meminta susulan 6 matkul tersebut, apabila orang tua saya mengetahui hal ini pasti mereka akan merasa sedih dan kecewa kepada saya. Lalu saya pun membulatkan tekad agar tetap mengikuti UTS  sampai usai, dan merelakan nonton laga final Persib vs Persipura yang akan menjadi sejarah tersebut. Akan tetapi saya berharap dengan saya berkorban tidak menonton persib secara langsung, persib bisa menjadi Juara ISL 2014 dan benar saja itu menjadi kenyataan. Karena saya tidak mau durhaka kepada orangtua dengan mencitai persib ini dan saya memiliki prinsip bahwa “Kuliah teu Kaganggu, Nonton Persib Kudu” yang artinya jangan sampai saat saya menonton persib itu menggangu kuliah saya.

Maknanya:
        Apabila sejak kecil kita menggemari sesuatu dengan serius dan rajin maka yang menentukan jadi atau tidaknya hal itu dimasa depan adalah Allah Swt, kita hanya bisa berusaha, berdo’a dan bertawakan saja kepada Allah Swt, seperti misalnya saya dari kecil memiliki tekad kuat ingin menjadi pemain persib bandung, akan tetapi setelah saya dewasa saya hanya menjadi seorang bobotoh saja, kita harus berhuznudzon kedapada Allah Swt, bahwa Allah Swt mempunyai rencana lain dibalik semua itu dan agar saya tetap memberikan kontribusi kepada persib meskipun menjadi seorang bobotoh saja.      
        Membangun kepercayaan kepada orangtua itu sangatlah butuh perjuangan apalagi terhadap sesuatu yang kita sukai dan cintai tapi orangtua kita bertolak belakang dengan kita. Akan tetapi menjaga kepercayaannya jauh lebih sulit lagi, butuh konsistensi dan kejujuran dari diri kita sendiri.            Saya senang sekali dengan perjalanan hidup saya yang sempat tidak direstui mencitai persib oleh ayah saya, akan tetapi dari situ saya merasakan bagaimana membangun kepercayaan itu dan mempertahannkannya tanpa ada yang hancur salah satunya, contonya: dengan saya mencintai persib maka pendidikan akademik saya menjadi terabaikan, tapi allhamdulillah itu tidak terjadi pada saya, saya belajar bagaimana cara bertanggung jawab yang benar terhadap sesuatu yang kita pilih. Saya tidak mau menjadi durhaka kepada orangtua saya, gara-gara saya berbohong demi mencintai persib, kalau seperti itu berarti cinta saya terhadap Persib Bandung itu tidak murni dan suci lagi. Karena orangtua saya melakukan ini semua demi kebaikan masa depan saya yang cerah. 

1 komentar: